Urban farming merupakan kegiatan pertumbuhan, pengolahan, dan distribusi pangan serta produk lainnya melalui budidaya tanaman dan peternakan yang intensif di perkotaan dan daerah sekitarnya, dan menggunakan (kembali) sumber daya alam dan limbah perkotaan, untuk memperoleh keragaman hasil panen dan hewan ternak (FAO, 2008; Urban Agriculture Committee of the CFSC, 2003).
Disamping hal itu para pekerja dibidang agrikultur semakin tahun semakin menurun, hal ini berbanding terbalik dengan peningkatan populasi yang drastis, pada tahun 2025 diperkirakan pekerja dibidang agrikultur hanya 24.26% dari 285 juta jiwa di Indonesia. Hal ini menunjukan juga betapa pentingnya kita harus mulai menerapkan urban farming agar kita bisa membantu memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri.
Dalam beberapa tahun terakhir, tren urban farming kian diminati oleh masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Awalnya, konsep berkebun di lahan terbatas ini hanyalah sebatas inisiasi dari segelintir komunitas pecinta lingkungan yang bergerak secara mandiri. Kemudian, urban farming pun berkembang secara masif menjelma menjadi tren gaya hidup urban.
Urban farming yang berarti bercocok tanam di lingkungan rumah perkotaan dianggap beriringan dengan keinginan masyarakat kota untuk menjalani gaya hidup sehat. Hasil panen dari urban farming lebih menyehatkan lantaran sepenuhnya menerapkan sistem penanaman organik, yang tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida sintesis.
Penurunan kualitas hidup yang dialami oleh masyarakat kota juga dapat kembali ditingkatkan lewat aktivitas berkebun di rumah yang menyegarkan pikiran. Apabila dilihat dalam jangkauan yang lebih luas, urban farming memiliki dampak yang lebih besar bagi kelangsungan hidup masyarakat perkotaan. Sejumlah penelitian pun menyebutkan bahwa urban farming dapat menjadi konsep pertanian ideal di masa depan.
Sejalan dengan konsep tersebut, Politeknik ATMI Surakarta – Prodi TPM, menyambut dan turut berkolaborasi dalam sebuah kerjasama bersama PT. ATMI-IGI untuk mengembangkan urban farming. Mahasiswa prodi TPM dilibatkan dalam proses pengembangan ini dari proses pembuatan konsep desain hingga proses realisasi prototype untuk satu unit produk unit pendukung urban farming yang portable dan mampu stacking. Keterlibatan mahasiswa prodi TPM dalam kolaborasi ini diwadahi dalam mekanisme Tugas Akhir. Yang secara resmi dimulai sejak awal tahun perkuliahan 2020-2021.
Dan mahasiswa mahasiswa yang terlibat dalam kerja sama ini telah berada di tingkat 3 dan beranggotakan Blasius Anggaraharja Emar, Gregorius Aditya Dimas Nugroho, Raymond Saputra dengan dosen pembimbing tugas akhir Bp. Cornelius Hendriarto dan Hestika Dian Kusuma dengan judul Tugas Akhir “Perancangan dan Realisasi Smart Hydroponic Indoor Garden” yang harapannya melalui tugas akhir ini dapat menjawab beberapa permasalahan terkait urban farming : bagaimana cara meningkatkan kualitas hasil tanaman serta mempertahankan produktivitas dengan tidak bergantung terhadap iklim, suhu, dan cuaca?, bagaimana cara memenuhi kebutuhan pangan yang meningkat yang diiringi dengan menurunnya lahan pertanian?, bagaimana cara agar bisa dapat bercocok tanam dengan mobilitas yang tinggi?
Tema urban farming ini pula sejalan dengan UAP (Universal Apostolic Preferences).
Ada 4 prefensi kerasulan universal, yaitu :
- Untuk menunjukkan jalan menuju Tuhan melalui Latihan Spiritual dan kearifan;
- Untuk berjalan dengan orang miskin, orang terbuang di dunia, mereka yang martabatnya telah dilanggar, dalam misi rekonsiliasi dan keadilan;
- Untuk mendampingi kaum muda dalam menciptakan masa depan yang penuh harapan;
- Untuk bekerja sama dalam merawat rumah bersama kita.
Dalam mendukung UAP ini prodi TPM ikut terlibat kedalamnya, yaitu pada poin ke-4 untuk ikut bekerjasama dalam merawat bumi melalui kontribusi di sector pertanian dan dari produk ini menjadi salah satu produk bukti pengembangan dan keikutsertaan prodi dalam mendukung program ini.
Dalam pertemuan tertanggal 16 maret 2021, mahasiswa tim Tugas Akhir berkolaborasi Bersama dan berdiskusi untuk mencari jalan keluar atas setiap permasalahan yang ditemui, Tim PT. ATMI-IGI mendatangkan tim dari Farmhill sebagai salah satu narasumber sekaligus di waktu yang sama tim dari mahasiswa melakukan presentasi singkat terkait proyek yang sedang dikerjakan dan sudah sampai sejauh apa pengembangan yang telah dilakukan. Tim Farmhill didatangkan untuk memberikan kritik dan saran serta masukan terkait proyek yang sedang dikerjakan dengan sangat kooperatif.
Saat ini proyek sudah masuk hingga dalam tahap finalisasi desain dan gambar kerja yang nantinya dipersiapkan sebagai meteri untuk proses pengadaan komponen, peralatan, bahan baku serta proses manufaktur. Setelah melalui diskusi dan pemantapan, maka gambar dan desain siap untuk direalisasikan. Proyek ini ditargetkan selesai akhir juni dan diuji melalui proses pendadaran yang diselenggarakan oleh prodi TPM.
Melalui proyek yang dikerjakan dan berkolaborasi dengan industri semakin memantapkan perkawinan massal yang digagas oleh Dirjen Vokasi Bp. Wikan Sakarinto dan semakin memberikan pengalaman yang nyata bagi pembelajaran mahasiswa dalam bekerja secara professional lengkap dengan tekanan maupun tantangan dalam berproses sampai akhir.
Harapannya adalah setelah proyek ini selesai tetap akan dilanjutkan untuk dikembangkan lagi sehingga proses pengembangan tidak hanya berhenti sampai disini saja namun bisa dilanjutkan di masa yang akan datang meskipun oleh kelompok mahasiswa yang berbeda.